Pdt. Arnold Bliederyus, STh

Pdt. Arnold Bliederyus, STh

Jumat, 24 September 2010

MOTIVASI PELAYANAN KONSELING

 1  Berbagai masalah kehidupan sedang mengancam keluarga Kristen masa kini. Kalau kita peka, hampir setiap hari, saat kita bertemu sahabat di tempat kerja, berkunjung ke rumah kerabat atau warga jemaat, ada saja pergumulan yang kita dengarkan. Kesesakan manusia zaman ini dapat kita rasakan dengan tingginya angka penderita depresi, kecemasan dan gangguan jiwa lainnya.
Penderita gangguan jiwa di negara kita makin hari makin banyak saja. Menurut hasil survai kesehatan mental rumah tangga tahun 1995, 185 dari 1000 penduduk dewasa memperlihatkan gangguan kesehatan jiwa. Sedangkan gangguan mental pada usia 15 tahun ke atas adalah 140 per 1000 jiwa. Lalu pada usia 5-14 tahun prevalensinya 104 per 1000 penduduk. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia, setiap tahun satu juta orang bunuh diri dan separuh di antaranya disebabkan gangguan jiwa (KOMPAS, Rabu 11 Oktober 2006).
Menurut data WHO lagi, seperti dikutip oleh Albert Maramis, penduduk Indonesia yang mengidap gangguan jiwa sekitar 26 juta jiwa. 13,2 juta jiwa di antaranya mengalami depresi. Kerugian negara akibat gangguan jiwa pada tahun 1997 adalah Rp 31 triliun/tahun karena hilangnya produktifitas rakyat yang mengalami gangguan jiwa. Di Indonesia angka bunuh diri akibat gangguan jiwa mencapai 1800 orang per 100.000 penduduk (POS KOTA, Rabu 11 Oktober 2006).
Jumlah orang bunuh diri meningkat drastis, baik di kalangan orang dewasa maupun kanak-kanak. Isu masalah keluarga dan anak-anak makin kompleks. Soal perceraian dan perselingkuhan misalnya, makin akrab dengan kita. Anak-anak kecil pun sering membicarakan-nya. Belum lagi kekerasan dalam rumah tangga, anak teradiksi game, dan pengasuhan anak dengan kebutuhan khusus. Jumlah rakyat miskin Indonesia yang mencapai 70 juta jiwa menimbulkan banyak konsekuensi sosial, termasuk kerawanan sosial dan kriminalitas.
Motivasi Pelayanan Konseling
Salah satu nama Yesus dalam nubuatan Yesaya adalah "The Wonderful Counselor". Ya, dunia yang sesat ini tidak saja membutuhkan Juruselamat, tetapi juga konselor. Yesus adalah Penebus, tetapi Dia membutuhkan "agen-agen" penebus. Orang yang tidak saja mengenalkan sang Penebus itu, tetapi juga siap sedia mendampingi dan memberdayakan mereka. Para konselor adalah "agen-agen" itu. Apakah Saudara mau dan rela diperlengkapi dan dipakai menjadi konselor ?
LK3 hadir karena menyadari kebutuhan konseling yang begitu besar di tanah air, tetapi konselor sangat minim. Apresiasi terhadap pelayanan konseling juga minim. Orang yang menjumpai konselor dianggap aneh. LK3 hadir untuk mengubah paradigma yang salah itu, dan mulai berhasil.
Setiap manusia butuh konseling, tak peduli siapapun dia, apa agama dan status sosialnya. Fungsi Konseling adalah: menyembuhkan, membimbing, memberdayakan, pendampingan, dan perawatan. Hampir di setiap situasi kehidupan manusia konseling sangat menolong.
LK3 dengan semua programnya berusaha menciptakan komunitas orang percaya yang celik konseling. Ratusan ribu orang dari 30 kita telah mengikuti program LK3 di radio, televisi, sekolah konseling, konseling pribadi & kelompok, seminar keluarga, buku, VCD, dan lainnya. Ini semua berkat Tuhan melalui saudara-saudara pendukung LK3. Tapi ini semua bukan tanpa tantangan dan hambatan. LK3 dimulai tanpa kantor tahun 2002, minimnya SDM, dan hanya didukung 5 donatur tetap. Tantangan inilah yang mengajar kami untuk selalu bergantung kepada Tuhan, dan selalu berkata Eben Haezer!
Saya sudah berpesan kepada istri saya, kalau saya meninggal dunia tolong catat di batu nisan saya: "RIP ... SUDAH MELATIH KONSELOR DAN MENYEDIAKAN PUSAT KONSELING TERBAIK". Itulah yang memotivasi saya. Saya ingin mewariskan kepada anak-cucu kita pusat-pusat konseling dan konselor terbaik di negeri ini. Jika Anda punya mimpi yang sama, bergabunglah LK3. Motto LK3 adalah "Orang Bijak Peduli Konseling".
Tak banyak orang mau menjadi konselor. Dia sering kali dicari saat orang butuh. Konselor memang identik dengan SOS : Sahabat Orang Susah...Sahabat Orang Sakit... Sahabat Orang Stress, Sahabat Orang Selingkuh...Sahabat Orang Salah... Sahabat Orang Sakit Hati...dan Sahabat Orang Sesat. Tapi sekali Saudara masuk dan menikmati pelayanan konseling, Anda tidak akan mau keluar. Sebab berkat, keindahan dan kekuatan lewat pelayanan ini sungguh luar biasa. Tak percaya? Bersiaplah jadi konselor, dan jadilah konselor yang baik. Selamat, karena Anda sudah mengambil keputusan menjadi pembelajar di bidang konseling.
Pelayanan Konseling dan Tanggung Jawab Kita
Pelayanan spiritual modern di bidang konseling dan pendidikan lahir karena penderitaan dan perjuangan pribadi seorang pendeta dengan penyakit mental yang berat, Rev. Anton Boisen. Kisah hidup Boisen-lah yang melahirkan Pendidikan Pastoral Klinis. Penyakit Boisen yang depresif dan permanen selama belasan tahun membuatnya dirumahsakitkan, karena ia tidak lagi mampu melakukan fungsinya secara memadai tanpa pengobatan.
Dalam suatu kali perawatan kejiwaannya, Boisen dikejutkan oleh kehadiran sebuah simbol religius di jendela kamarnya pada suatu malam. Ia melihat sebuah salib Kristen pada bulan purnama. Saat ia terbaring di di tempat tidurnya dan menatap keluar jendela, ia mulai memformulasikan keyakinannya bahwa semua penyakit secara mendasar adalah sebuah masalah spiritual. Ia akhirnya berkeyakinan bahwa percakapan yang kondusif dengan seorang penolong akan menyembuhkan orang yang menderita.
Setelah Boisen sembuh, ia menjadi sadar minimnya perhatian gereja saat itu untuk konseling, terutama bagi orang seperti dirinya. Juga minimnya konselor terlatih di gereja. Penderitaan Pendeta Boisen selama belasan tahun karena skizofrenik (penyakit jiwa yang serius) membuatnya berempati besar terhadap orang sakit dan retak jiwanya. Setelah sembuh Pdt. Boisen mengkritisi gereja. Dia berkata,
"Kalau orang Kristen patah kaki, banyak rumah sakit Kristen di seluruh negara bagian yang merawatnya, bahkan dengan biaya gereja. Tetapi kalau orang Kristen "patah hati", maka dia dikirim ke rumah sakit mental pemerintah. Di sana dia dilupakan untuk selamanya."
Sejak saat itu terjadilah revolusi perhatian gereja di bidang kesehatan mental dan konseling. Berdirilah pusat-pusat konseling dan sekolah dengan kurikulum konseling yang memadai. Konseling diintegraskan ke dalam pelayanan gereja dan pendidikan. Boisen sendiri akhirnya mengkhususkan diri melatih para konselor dan mahasiswanya agar mampu melayani orang menderita dengan skill yang baik.
Kejeniusan Boisen adalah menggunakan penderitaannya menjadi sumber pembaharuan bagi orang lain. Tak diduga, itu akhirnya menjadi formula ajaib untuk menyembuhkan penderitaan dunia. Dia mentransformasikan situasi yang penuh keputusasaan menjadi situasi penuh harapan. Clinical Pastoral Education (CPE) yang dipelopori Boisen menjadi model pembelajaran konseling penting di seluruh dunia.
Dalam konteks global kita sekarang ini, gereja dan masyarakat makin membutuhkan para konselor terlatih. Dunia kita dan dunia anak-cucu kita kelak adalah dunia yang kompleks dan semakin sakit. Tidak ada satu cara tunggal untuk mengatasi hidup. Kita harus kerjasama mengatasi penderitaan manusia yang makin kompleks. Kami mengundang Anda semua untuk bergabung dalam tugas yang maha penting ini.
Konseling adalah semacam pelayanan "purna jual" bagi anggota jemaat yang hidupnya rusak karena berbagai pergumulan hidup. Seharusnya, gerejalah yang mengakomodasikan kebutuhan ini. Seharusnya tiap gereja (paling tidak, di tingkat regional), memiliki satu pusat konseling, tempat yang nyaman dan aman bagi anggota jemaat menyampaikan pergumulan hidupnya yang terdalam kepada konselor gerejanya.
Pengalaman Pribadi
Waktu saya bekerja sebagai gembala jemaat di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Anugerah Cabang Cinere (1992-1996), saya melayani dengan sepenuh hati. Anggota jemaat yang saya gembalakan awalnya 8 orang. Saya melakukan metode perkunjungan ke rumah-rumah orang Kristen yang (dengar-dengar) sudah lama tidak ke gereja. Dari mereka ini saya mendapatkan alasan riel (baca: masuk akal) mengapa orang tidak ke gereja. Di antaranya: jarak (berkaitan dengan ekonomi), tidak punya pakaian pantas (berkaitan dengan pekerjaan), waktu (berkaitan dengan motivasi), konflik dengan seseorang di gereja asal (berkaitan dengan kepribadian), tidak memberi alasan (senyum-senyum penuh arti) yang saya mesti menebak sendiri artinya.
Akhirnya, dalam waktu empat tahun pengunjung kebaktian menjadi lebih seratus orang. Kebanyakan di antara mereka berprofesi sebagai supir (pribadi, taksi, Metro Mini), pekerja di rumah tangga, berjualan di pasar, single parent, lansia. Hidup mereka tidak mudah, sehingga alasan-alasan "tidak ke gereja" seperti di atas, sungguh dapat dimengerti. Saya merasa, sebagian besar datang karena senang kami kunjungi dan mendapatkan konseling pribadi atau keluarga.
Dari pengalaman ini saya lalu menyadari bahwa gereja tidak hanya membutuhkan gembala/pendeta yang berkotbah di mimbar, berkunjung di hari-hari tertentu (ulangtahun, syukuran, dsb), memberkati pernikahan, menguburkan yang meninggal dan sebagai-nya. Tetapi jemaat membutuhkan pendampingan, pemberdayaan dan konseling bagi seluruh masalah hidup mereka sesehari.
Setelah menjadi Gembala Sidang selama lima tahun dan menjadi pengurus pusat Sinode Gereja kami, saya bersama istri saya, Roswitha Ndraha mendirikan sebuah Pusat Layanan Konseling yang dikenal dengan LK3 pada tahun 2002. Dari pengalaman lima tahun melayani para akifis gereja di LK3, maka kami merasa kebutuhan konseling di gereja sangat besar. LK3 memiliki dua pelayanan besar, konseling prefentif dan kuratif. Untuk preventif kami mendirikan institut konseling & parenting terapan. Memberi kesadaran tentang pentingnya konseling lewat kursus, kampanye, dan seminar. Juga menyediakan sarana kursus konseling jarak jauh. Sedangkan kuratif, kami menyediakan pusat konseling dan tes psikologi. Konseling pribadi dengan rawat jalan maupun rawat inap. Kami punya rumah konseling dengan nama "Share".
Penutup
Pelayanan konseling memang membutuhkan banyak waktu, emosi dan dana. Tetapi jangan menyerah, sebaliknya berserah. Pengalaman kami dalam membangun komunitas peduli konseling beberapa tahun ini mengajarkan kami bahwa bersandar pada Tuhan tidak pernah mengecewakan. Akhirnya satu pesan akhir kami adalah: "Melayani Tuhan pada waktu Tuhan, pada tempat Tuhan dan dengan cara Tuhan memberi sukacita dan kekuatan besar. Tuhan sanggup membuat yang tiada menjadi ada. Jikalau Anak-Nya saja diberikan kepada kita, apa lagi yang perlu kita risaukan?" Jikalau saudara terpanggil masuk dalam pelayanan konseling jangan ragu. Lengkapi diri dan terjunlah dalam pelayanan ini.
Ladang pelayanan konseling terbuka luas, ladang konseling sudah menguning. Ladang ini memutuhkan banyak penuai, mungkin salah satu di antaranya adalah Anda yang sedang membaca tulisan ini. Mari bersama membangun komunitas peduli konseling, demi generasi kita kini dan nanti. Orang bijak peduli konseling.
Pertanyaan untuk tindak lanjut pembelajaran:
1. Apakah Anda pernah mengikuti sesi konseling pribadi? Mengapa?
2. Apa yang mendorong Anda mengikuti kursus konseling jarak jauh ini?
3. Apakah pimpinan Gereja dan sekolah yang Anda kenal sudah peduli dengan kebutuhan jemaat akan konseling? Mengapa?
4. Apa yang perlu kita lakukan untuk membangun kesadaran pentingnya konseling di komunitas kita? Tekad Anda?
1 Transkrip Ceramah Pdt Julianto Simanjuntak, M.Div.,M.Si.